Wednesday 14 February 2018

Mati Hanya Menunggu Antrian

Hari ini, ba'da subuh, saya mendengar pengumuman yang disampaikan oleh pengurus masjid dekat rumah. Dekat rumah kontrakan lebih tepatnya, karena saya belum punya rumah pribadi. :-)

Isi pengumuman tentang berita duka. Suara yang disampaikan dengan mikropon terdengar jelas menyebutkan identitas si Mayit. Dikabarkan bahwa yang meninggal seorang wanita. Usianya lebih dari enam puluh tahun, "sudah lanjut usia." Pikirku seraya saat itu.

Beberapa jam kemudian, sekitar jam 9 pagi, saat saya tengah menikmati sarapan. Petugas masjid kembali menyampaikan berita yang sama. Kali ini yang meninggal usianya masih lebih muda. Saat itu saya sarapan dengan seorang teman. Saya lalu berucap,

"Tadi pagi ada pengumuman orang meninggal juga"

Teman saya menimpali, "kan dalam sehari tidak hanya satu orang yang meninggal"

Iya, benar sekali ucapan teman saya itu. Sejanak saya memohon ampunan kepada Allah sebelum lanjut makan.

Umur memang tidak menjadi patokan untuk seseorang dijemput Malaikat maut. Jika waktu yang ditentukan sudah tiba, seorang bayi yang baru lahir pun, nyawanya bia dicabut seketika. Tak ada yang bisa menunda atau memperceparnya walau hanya sedetik.

"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati...." (Q.S al-Imran:185)

Sebagai manusia kita wajib mempersiapkan diri untuk mengahadapi kematian ini, satu hal yang tidak mungkin kita hindari. Waktu kita hanya sementara, dan di dunia ini kita tidak abadi. Bagaimanapun hebatnya seorang manusia, tidak akan bisa menghindari intaian Malaikat maut. Di manapun kita berada, tak akan menjadi halangan baginya untuk melaksanakan tugas dari Pemilik kehidupan ini.

Jangan sampai kita terlalu banyak membuang waktu untuk hal yang sia-sia, sedangkan bekal untuk pulang belum disiapkan dengan baik. Harusnya kita menjadikan setiap kegiatan bernilai ibadah di sisi Allah, sehingga menjadi pemberat amal pada hari penghisaban.

Dalam pekerjaan, jadikan sikap amanah dan jujur sebagai kebiasaan. Sebab ini adalah contoh yang diberikan oleh Rasulullah SAW. manusia terbaik sepanjang zaman. Dengan meneladani sifat dan kebiasaan Beliau, tentu akan tercatat sebagai amal ibadah.

Jangan sia-siakan kesempatan yang masih diberikan oleh Allah. Hari ini kita masih hidup, bisa jadi karena diberi kesempatan untuk menambah amal. Sungguh bodoh jika kita terlena oleh usia yang masih muda dan tubuh yang sehat

Bukankah tidak jarang kita menjadi saksi atas kematian seorang pemuda karena kecelakaan, misalnya?

Bukankah tidak luput dari pandangan kita seseorang yang hari ini sehat bugar, kamudian dikabarkan meninggal esok harinya?

Maka kita tidak boleh lalai dari mempersiapkan diri menghadapai sebuah kepastian ini. Yaitu kematian.

Aku, kamu, dia, mereka dan siapapun hanya menunggu giliran

Semoga kita dimatikan dalam keadaan khusnul khatimah dan menjadi penghuni syurga kelak. Amin